Fungsipipa dalam dunia industri dapat anda lihat berikut ini : 1. Perpipaan untuk industri bahan migas 2. Perpipaan untuk pengangkutan minyak 3. Perpipaan untuk penyulingan minyak mentah 4. Perpipaan untuk pembangkit tenaga 5. Perpipaan untuk tenaga nuklir 6. Perpipaan untuk proses pendinginan 7. Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas dan lain-lain. PELNI yang bergerak di bidang docking kapal. Dimana kemanan pada setiap kegiatan pengerjaan yang berjalan merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan demi menjaga citra baik perusahaan. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ialah suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah suatu mode kegagalan yang mungkin terjadi. StandarKinerja SAE J2045 untuk Rakitan Perpipaan Sistem Bahan Bakar; Standar Uji SAE J1681 untuk Bahan Bakar Bensin, Alkohol dan Diesel; EN ISO 13736 Penentuan Titik Nyala - Metode Cawan Tertutup Abel; ISO 21809-2 Industri Minyak dan Gas Alam, Standar Uji Pelapisan Eksternal untuk Pipa yang Digunakan dalam Sistem Transportasi Pipa 1 Perpipaan untuk industri bahan migas 2. Perpipaan untuk pengangkutan minyak 3. Perpipaan untuk penyulingan minyak mentah 4. Perpipaan untuk pembangkit tenaga 5. Perpipaan untuk tenaga nuklir 6. Perpipaan untuk proses pendinginan 7. Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas dan lain-lain. JenisPipa : Dari sekian jenis pembuatan pipa secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : 1. Jenis pipa tanpa sambungan (pembuatan pipa tanpa sambungan pengelasan) 2. Jenis pipa dengan sambungan (pembuatan pipa dengan pengelasan) Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Dalam beberapa proses industri seperti migas dan petrokimia menggunakan sistem perpipaan untuk mentransfer bahan proses khususnya fluida dari satu lokasi menuju lokasi atau proses yang lain. Fluida yang disalurkan melalui pipa memiliki bobot, tekanan kerja, temperatur serta sifat kimia dan sifat fisik tertentu. Oleh karena itu penting untuk menentukan jenis bahan yang di transfer serta karakteristik beban kerja pada pipa pemilihan ukuran, jenis pipa dan material pipa yang digunakan. Salah satu pertimbangan penting dalam perancangan sistem jalur perpipaan adalah penggunaan Pipe Pipe SupportPipe SupportPipe support atau biasa dikenal dengan support adalah komponen pendukung dalam sistem perpipaan yang befungsi untuk menopang atau menyangga pipa dan dirancang untuk menahan beban atau gaya yang bekerja pada pipa seperti, berat konstruksi pipa, beban kerja fluida, temperatur kerja, dan beban eksternal lain seperti beban dari hembusan angin yang menghantam permukaan merancang sistem perpipaan parameter pembebanan merupakan faktor penting dalam menentukan jalur perpipaan yang tepat dan aman. Oleh karena itu perlunya memperhatikan penempatan lokasi dan jenis Pipe Support yang digunakan. Penggunaan pipe support harus disesuaikan dengan aplikasi, kegunaan dan kondisi di lapangan. Sehingga perlunya melakukan pemilihan jenis pipe support yang tepat dan dapat terpasang dengan baik di Jenis Pipe Support Berdasarkan Konstruksi PemasanganDalam pemasangan pipe support pada pipa secara umum terdapat dua jenis konstruksi pemasangan dalam pipe support tersebut yaitu primary pipe support dan secondary pipe & Secondary Pipe Support1. Primary SupportPrimary suport adalah pipe support yang terpasang atau berhubungan langsung dengan jalur perpipaan untuk menopang beban pada pipa secara Secondary SupportSecondary support adalah pipe support yang terpasang pada struktur atau fondasi untuk menopang beban yang diterima oleh primary pipe support untuk kemudian beban tersebut diteruskan pada struktur atau fondasi utama penopang jalur Jenis Pipe Support Berdasarakan FungsinyaJenis pipe support dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, yaitu berdasarkan kondisi kerja pipe support dengan batasan atau variabel Pipe Support Berdasarakan Fungsinya1. Fixed Point SupportFixed Point Pipe Support digunakan untuk membatasi seluruh arah pergerakan pipa Sumbu X, Y dan Z atau hanya menahan gerakan linear ke segala arah tetapi tidak dapat menahan gerakan rotasi Anchor Pipe SupportAnchor Pipe Support digunakan untuk mencegah seluruh pergerakan pada pipa termasuk gerak rotasi pipa, sehingga posisi dan kedudukan pipa benar-benar tidak mengalami gerakan baik secara linear ataupun rotasi. Dalam pengaplikasianna, menggunakan sambungan las weld-joint antara pipa dengan Loose Pipe SupportLoose Pipe Support digunakan untuk menopang berat pipa secara vertikal. Oleh karena itu memungkinkan pipa untuk bergerak dalam arah aksial serta melintang Sumbu X dan Y.4. Limit Stop Pipe SupportLimit Stop Pipe Support memungkinkan pergerakan pipa secara bebas hingga mencapai batas tertentu dan membatasi pergerakan lebih lanjut akibat beban berlebihan pada pipa dan Longitudinal Guide Pipe SupportLongitudinal Guide Pipe Support digunakan untuk membatasi pergerakan pipa dalam arah transversal namun masih memungkinkan pergerakan dalam memanjang lpngitudinal.6. Transversal Guide Pipe SupportTransversal Guide Pipe Support digunakan untuk membatasi pergerakan pipa dalam arah memanjang aksial/longitudinal, namun memungkinkan pipa untuk bergerak dalam arah melintang transversal.C. Jenis Pipe Support Berdasarkan Konstruksi dan ApplikasinyaBerdasarkan kosntruksinya pipe support dibedakan menjadi tiga jenis yaitu rigid support, flexible support dan adjustable Rigid SupportRigid Support adalah jenis pipe support yang tidak memiliki penyesuaian dengan toleransi erection atau kaku, dimana pada umumnya pipe support rigid akan langsung bertumpu pada struktur atau fondasi yang menopang pipa. Berikut ini merupakan jenis pipe support yang termasuk kedalam jenis Rigid Pipe Shoe SupportPipe Shoe SupportPipe shoe adalah jenis pipe support yang terdiri dari sadel dan alas yang digunakan untuk menopang pipa, dimana pipa dinaikan diatas struktur pendukungnya untuk menahan beban yang diberikan pipa untuk disalurkan pada fondasi atau struktur utama pipe support. Pipe shoe support terdiri dari sebuah sebuah sadel berbentuk bulat dengan diameter yang sedikit lebih besar daripada pipa yang berfungsi sebagai pengunci dan dudukan permukaan pipa dengan sebuah struktur pendukung dan alas yang terpasang langsung pada struktur atau fondasi. Saddle yang terpasang akang membagi beban kerja pipa pada permukaan saddle, sehingga mengurangi tegangan lokal pada dinding Pipe Trunion Dummy SupportPipe Trunion Dummy SupportSalah satu jenis rigid support lainnya yaitu pipe trunnion atau dikenal dengan dummy supports. Pipe trunion terdiri atas batang berbentuk tabung yang terpasang langsung pada permukaan pipa dengan struktur atau fondasi support. Penempatan pipe trunion menyesuaikan dengan kondisi beban kerja pipa dan lokasi yang paling memungkinkan untuk pemasangan dummy support, sehingga penempatanya dapat berupa vertikal, horizontal atau terpasang pada elbow pipa. Panjang trunion support sebisa mungkin diminimalisir untuk menghindari terjadinya bending moment pada batang pipe trunion dan mengurangi tegangan pada sambungan pengelasan trunion dengan Flexible Pipe SupportKetika pengaruh termal yang cukup besar, pipa dapat terangkat dari support atau bergeser ke arah tertentu akibat terjadinya pemuaian pada material pipa. Oleh karena itu perlunya penopang pipa yang mampu mengatasi perubahan posisi pipa yaitu dengan menggunakan flexible pipe support yang memiliki kemampuan untuk menopang pipa saat terjadi perubahan posisi untuk mengurangi tegangan pipa akibat terjadinya peregangan atau perubahan posisi Constant Spring SupportConstant Spring SupportPada kondisi tertentu yang memungkinkan terjadinya ekspansi atau perubahan posisi pipa maka digunakan Constant spring support sebagai penopang sekaligus menjaga posisi pipa sesuai dengan batas tertentu. Pada constant support memiliki kemampuan untuk mempertahankan perubahan posisi pipa dengan batas tertentu sesuai dengan batas toleransi yang masih diijinkan. Biasanya, variasi gaya aktif dan reaktif yang dihasilkan sangat kecil dengan deviasi maksimum berkisar 6% dan dapat dianggap sebagai gaya konstan saat terjadi pergerakan Variable Spring SupportVariable Spring SupportUntuk mencegah kendala dalam sistem akibat ekspansi termal dan perubahan posisi pipa, maka pipa harus ditopang oleh support yang fleksibel. Untuk menangani perpindahan pipa maka digunakan komponen pegas sebagai penyangga pipa. Variasi beban yang terjadi pada pipa dibatasi melalui spesifikasi yang sesuai berdasarkan perhitungan tegangan untuk perpipaan dan tergantung pada sensitivitas sistem. Dimana variable penopangan beban ditentukan oleh ukuran konstanta pegas yang Adjustable Pipe SupportAdjustable Pipe SupportAdjustable support secara konstruksi termasuk kedalam rigid support tetapi memiliki memiliki pengaturan adjustable untuk menyesuaikan tingkat penyanggaan pada pipa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kerja tertentu. Adjustable support tersebut dapat disesuaikan untuk toleransi erection perpipaan dan pada umumnya digunakan sebagai pendukung pada lokasi kritis pipe Pada dunia industrial oil dan gas, terdapat 2 sistem yang biasanya digunakan, yaitu sistem piping dan sistem pipeline. Bagi Anda yang awam atau baru masuk ke bidang oil dan gas, pasti menganggap bahwa kedua tersebut sama saja. Memang ada persamaan dari kedua sistem ini yaitu sama-sama menggunakan pipa untuk mengalirkan oil dan apa perbedaannya? Perbedaannya terletak pada luas daerah dan panjang pipa pada sistem tersebut. Pada sistem piping umumnya mengalirkan atau memindahkan oil dan gas di lokasi ON PLOT atau gathering station, sedangkan pada sistem pipeline luas daerah yang ditangani lebih luas daripada sistem piping. Pada sistem pipeline ini punya peran untuk mengalirkan oil dan gas dari pusat atau sumur produksi ke gathering station sistem piping atau dari fasilitas upstream ke fasilitas midstream. Biasanya untuk sistem pipeline mengalirkan oil dan gas pada lokasi OFF PLOT dan jarak antar pipanya cukup jauh minimal 5 km. Ada 2 jenis yang umum pada sistem pipeline antara lain liquid petroleum dan natural gas Anda ingin mendesain suatu sistem perpipaan oil dan gas ada banyak hal yang harus diperhatikan karena cakupan pekerjaan pada bidang ini tak hanya melulu tentang pipa, tapi juga ada komponen-komponen yang berhubungan dengan pipa yaitu Valve, Flange, Elbow, Reducer, gasket dan lain-lain. Berikut ini garis besar tentang bagaimana mendesain sistem perpipaan secara umum baca detailnya disini Standar DesainStandar desain yang digunakan pertama-tama harus ditentukan karena standar untuk sistem liquid petroleum pipelines akan berbeda dengan natural gas Tekanan, Suhu dan Besar Arus FluidaJika standar desain sudah ditentukan, maka sekarang anda harus memperhitungkan ketebalan material yang akan digunakan, besar diameter pada pipa dan komponen pipa lainnya juga bisa dilihat berdasarkan jenis, suhu, tekanan, dan besar arus dari fluida yang akan material harus anda pertimbangkan jika akan memilih material yang digunakan. Standar material yang dimaksud seperti material ASTM American Society for Testing and Materials atau ANSI American National Standart Institute pada flange. Contoh pipa yang mengalirkan fluida hydrocarbon dengan suhu hingga -50 C, maka banyak yang menggunakan jenis pipa carbon steel dengan kode ASTM A 333. Sedangkan untuk aliran fluida hydrocarbon yang korosif dan bersuhu rendah maka pipa stainless steel dengan kode ASTM A 312 banyak untuk fitting pipa, flange, valve dan komponen pipa lainnya dapat ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dari tekanan dan besar arus PipaJika 2 hal penting diatas sudah ditentukan, mulailah mendesain bagaimana jalur pipa yang akan dibangun. Ada hal lain yang harus diperhitungkan saat menentukan jalur pipa yaitu efek perubahan suhu. Pipa dengan bahan apapun akan mengalami penyusutan atau pemuaian saat terjadi perubahan dari itu diperlukan fleksibilitas pipa untuk bisa menyerap perubahan temperatur tersebut. Salah satu cara yang biasa digunakan oleh ahli yang berpengalaman adalah memperbanyak pemasangan loop atau belokan dengan elbow. Biasanya desain sistem perpipaan yang telah selesai dibuat akan di input ke dalam komputer untuk dipraktekkan terhadap efek perubahan suhu. Jika sudah dipraktekkan menunjukkan hasil yang tidak bagus, maka Anda sebaiknya me-revisi desain jalur pipa tersebut. Selain 3 poin diatas yang sudah dibahas, Anda juga harus memperhatikan poin yang lain seperti Penopang Pipa Pipe Support, Akses Untuk Operasi dan Pemeliharaan serta poin terakhir Ekonomis dan Kemudahan ulasan ini bisa menjadikan referensi untuk anda yang memang sedang mencari informasi mengenai sistem perpipaan pada oil dan gas. Untuk membeli kebutuhan komponen pipa yang lengkap dari berbagai brand eropa dan asia, Alvindo Catur Sentosa bisa menjadi pilihan untuk Anda, selain terletak di Jakarta, harga yang ditawarkan sangat kompetitif. ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresIndonesia merupakan negara dengan kelimpahan minyak dan gas alam; banyak perusahaan multinasional yang ingin mengeksplorasi potensi lapangan migas dan membangun kilang. Untuk melakukan ini, perlu adanya pembangunan infrastuktur eksplorasi dan memasang pipa untuk menjalankan produksi. Sayangnya, selama proses produksi terkadang kebocoran pipa tidak dapat dihindari mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan lingkungan. Karena potensi risiko ini, perlu untuk melakukan penilaian risiko di sepanjang pipa. Dalam penelitian ini, penilaian risiko dilakukan dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Muhlbauer, yaitu model peringkat risiko. Model peringkat risiko adalah model yang dibangun dengan menerapkan analisis spasial; dan model akan ditampilkan di dalam perangkat lunak sistem informasi geografis SIG. Ada dua faktor kegagalan dalam model peringkat risiko, yaitu probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Dengan mengalikan kedua faktor, risiko dapat diketahui. Penilaian risiko pipa akan dilakukan dengan menghitung nilai risiko untuk setiap segmen pipa. Dengan melakukan ini, pemilik pipa dapat melihat penyebaran risiko atas segmen pipa. Selain itu, dasbor SIG berbasis web digunakan untuk melihat lokasi pipa dengan risikonya. Dengan demikian, ini akan membantu tingkat eksekutif untuk bertindak lebih cepat ketika melakukan proses mitigasi. Hasil dari penelitian ini adalah perangkat SIG dengan analisis penilaian risiko pada jaringan pipa minyak dan gas. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 297 IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RISIKO PADA JARINGAN PIPA MINYAK DAN GAS DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Hazard Identification and Risk Analysis of Oil & Gas Pipelines Used Geography Information System Method Bagas Octavianto Pramono¹, Lucas Elbert Suryana², Pachira Eizza² 1Progam Studi Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada 2ESRI Indonesia Jl. Sekip, 55281, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Email octavbagas ABSTRAK Indonesia merupakan negara dengan kelimpahan minyak dan gas alam; banyak perusahaan multinasional yang ingin mengeksplorasi potensi lapangan migas dan membangun kilang. Untuk melakukan ini, perlu adanya pembangunan infrastuktur eksplorasi dan memasang pipa untuk menjalankan produksi. Sayangnya, selama proses produksi terkadang kebocoran pipa tidak dapat dihindari mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan lingkungan. Karena potensi risiko ini, perlu untuk melakukan penilaian risiko di sepanjang pipa. Dalam penelitian ini, penilaian risiko dilakukan dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Muhlbauer, yaitu model peringkat risiko. Model peringkat risiko adalah model yang dibangun dengan menerapkan analisis spasial; dan model akan ditampilkan di dalam perangkat lunak sistem informasi geografis SIG. Ada dua faktor kegagalan dalam model peringkat risiko, yaitu probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Dengan mengalikan kedua faktor, risiko dapat diketahui. Penilaian risiko pipa akan dilakukan dengan menghitung nilai risiko untuk setiap segmen pipa. Dengan melakukan ini, pemilik pipa dapat melihat penyebaran risiko atas segmen pipa. Selain itu, dasbor SIG berbasis web digunakan untuk melihat lokasi pipa dengan risikonya. Dengan demikian, ini akan membantu tingkat eksekutif untuk bertindak lebih cepat ketika melakukan proses mitigasi. Hasil dari penelitian ini adalah perangkat SIG dengan analisis penilaian risiko pada jaringan pipa minyak dan gas. Kata kunci pipa, risiko, GISABSTRACTIndonesia is a country with an abundance of oil & natural gas reservation; there are many multinational companies are eager to explore the potential oil & gas field and to build a refinery here. For doing this, they need to build exploration infrastructures and to install pipelines when running production. Unfortunately, during the production process sometimes pipeline leaks could not be avoided resulting in major losses for the company and environment. Due to this potential risk, it is necessary to conduct risk assessment along the pipeline. In this study, a risk assessment is conducted with an approach developed by Muhlbauer, namely the risk rating model. It is a model that is built by applying spatial analysis; and the model will be shown inside the geospatial information system GIS software. There are two failure factors inside the risk rating model, namely probability of failure and consequence of failure. By multiplying both factors, the risk could be known. The pipeline risk assessment will be carried out by calculating risk value for each pipeline segment. By doing this, the pipeline owners could see the spread of the risk over the pipeline segment. Furthermore, the web-based GIS dashboard is used to see the location of the pipeline with its risk. Thus, this will help the executive level to act faster when doing mitigation process. The result of this research is a geographical information system GIS device with risk assessment analysis on oil and gas pipeline network. Keyword pipelines, risk, GIS PENDAHULUAN Minyak masih menjadi kebutuhan bahan bakar yang utama bagi manusia. Setiap hari dilakukan kegiatan eksplorasi untuk mencari sumber minyak baru. Indonesia merupakan negara dengan kelimpahan minyak dan gas alam; banyak perusahaan multinasional yang ingin mengeksplorasi potensi lapangan migas dan membangun kilang. Untuk melakukan ini, perlu adanya pembangunan Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan298 infrastuktur eksplorasi dan memasang pipa untuk menjalankan produksi. Kegiatan eksplorasi minyak banyak melibatkan jalur perpipaan pipelinesebagai alat mengalirkan atau memindahkan fluida. Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0025K/11/MEM/2010 tentang rencana induk jaringan transmisi dan distribusi gas nasional tahun 2010-2025 Indonesia Kementerian ESDM, 2010 akan membangun jaringan pipa penyalur gas yang baru dan hal ini memerlukan perancangan yang memenuhi kriteria. Selain itu Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. mengenai keselamatan kerja pipa transmisi minyak dan gas bumi Kementerian Pertambangan dan Energi, 1997; Martaningtyas & Ariesyady, 2018. Pipa penyalur pipeline merupakan sarana untuk mengalirkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain yang jalurnya sudah ditentukan terlebih dahulu. Pipa memiliki risiko kegagalan yang perlu diperhitungkan sehingga perlu adanya pemeriksaan. Pipa penyalur merupakan bagian yang paling sering mengalami kegagalan pada sebuah unit produksi minyak. Hal ini dikarenakan pipeline merupakan bagian terbesar dari unit tersebut sehingga peluang kegagalan yang juga besar dibandingkan dengan equipment lain. Dalam industri minyak dan gas, pipa penyalur ini memegang peranan yang sangat penting karena berfungsi untuk mengalirkan fluida minyak ataupun gas yang merupakan produk utama dari industri ini Prabowo et al., 2018. Penggunaan sistem perpipaan dalam industri minyak dan gas bumi sebagai sarana untuk menyalurkan produk minyak dan gas sangat efektif dan efisien, terutama dalam menempuh jarak yang jauh melalui laut maupun darat. Dilihat dari rute yang dilalui pipa sangat beragam, maka potensi bahaya dan risiko keselamatan seperti kebocoran, tumpahan, ledakan, dan pencemaran lingkungan dapat mungkin terjadi. Berbagai macam persoalan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik oleh faktor internal seperti korosi maupun faktor eksternal seperti lingkungan maupun masyarakat sekitar Muhlbauer, 2004. Distribusi yang dilakukan akan melewati daerah pedesaan, perkotaan, hutan, bahkan menyebrangi lautan. Dalam hal ini faktor keamanan pada saat pipeline beroperasi akan memegang peranan penting demi menjaga keselamatan manusia serta kelestarian lingkungan sekitarnya. Pendistribusian dari minyak dan gas melalui pipeline ini sangat beragam, antara lain dari sumur menuju tempat pengolahan atau antar-bangunan anjungan lepas pantai ataupun dari bangunan anjungan lepas pantai langsung ke darat. Sumber-sumber gas bumi tersebar di beberapa wilayah kepulauan di Indonesia, seperti Aceh, Kepulauan Riau, Natuna, Kalimantan Timur, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya. Untuk menjaga distribusi minyak dan gas melalui pipeline ini maka diperlukan tindakan awal untuk pencegahan kegagalan dalam pengaliran atau pendistribusian dari minyak dan gas yang dibawa oleh pipeline. Berbagai jenis tindakan dilakukan oleh para ahli untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman dan masalah yang dapat membuat sistem dari pipeline tersebut gagal beroperasi. Sumber kegagalan pada sistem pipeline juga bervariasi seperti adanya kelebihan beban pada pipa, third party dan korosi yang menjadi penyebab paling banyak kegagalan pipa. Kegagalan-kegagalan yang ada di sistem perpipaan tentunya tidak diinginkan oleh industri baik industri produsen maupun konsumen minyak dan gas yang menggunakan sistem pipeline sebagai salah satu jalur pendistribusian minyak dan gas. Kegagalan yang terjadi tidak hanya akan berakibat pada proses yang terjadi di industri konsumen, juga akan berdampak pada kerugian di pihak industri produsen minyak dan gas di samping juga berakibat pada kemungkinan terjadinya pencemaran pada lingkungan Rosyid, 2017. Oleh karena konsekuensi yang terjadi akibat kegagalan pada sistem pipeline, maka harus ada tindakan pencegahan dari awal untuk menghindari akibat yang lebih fatal lagi. Sayangnya, selama proses produksi terkadang kebocoran pipa tidak dapat dihindari mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan lingkungan. Contoh peristiwa yang kemungkinan dapat terjadi pada pipeline dapat kita lihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan kebakaran pada oil pipeline PT. Pertamina RU Vdi Teluk Balikpapan pada 31 Maret 2018. Akibat yang ditimbulkan dari kejadian ini dari segi ekonomi dapat berakibat pada kerugian yang besar bahkan sampai kebangkrutan pada operator pipeline dan juga dari segi lingkungan yang mungkin juga mempengaruhi sistem pendukung kehidupan makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 299 Sumber Gambar 1. Kebakaran pipa bawah laut di Teluk Balikpapan. Gambar 2 memperlihatkan sebuah peristiwa kebakaran yang terjadi pada pipeline PT. Pertamina di Cimahi, Jawa Barat pada tanggal 22 oktober 2019. Peristiwa ini dapat berakibat buruk bagi keselamatan pekerja, perusahaan, dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu untuk melakukan penilaian risiko dan pemeriksaan secara berkala di sepanjang pipa. Sumber Gambar 2. Kebakaran pada pipa PT. Pertamina di Cimahi, Jawa Barat. Dari segi manajemen integritas, kegagalan pada pipa dapat dihindari dengan melakukan risk assessment terhadap jalur pipa tersebut. Permasalahan yang timbul dan tidak sesuai dari kondisi desain awal adalah kondisi material pipa, lingkungan, demografi, dan operasi. Peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan industri, dan penyalahgunaan jalur pipa atau ROW right of way adalah contoh perubahan kondisi demografi di jalur pipa. Kondisi risiko tersebut akan mempegaruhi integritas pipa penyalur. Manajemen sistem integritas pipa mengatur dan memastikan bahwa jaringan pipamasih dapat beroperasi dengan aman. Untuk melakukan manajemen integritas ini maka harus dilakukan risk assessment. Risk assessment adalah suatu proses pengukuran terhadap kemungkinan suatu kegagalan dan konsekuensinya apabila kegagalan itu terjadi. Risk assessment bertujuan untuk mengevaluasi risiko dari suatu pipeline dan untuk mengidentifikasikan cara yang efektif untuk mengatasi risiko tersebut Wibowo, 2015. Selain metode Muhlbauer, terdapat metode alternatif lainnya yakni dengan metode Analytic Hierarcy Process AHP dan metode Risk Based Inspection RBI. Metode Analytic Hierarcy ProcessAHP merupakan metode pengambil keputusan multikriteria alternatif setelah diketahui nilai Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan300 risikonya. pendekatan AHP dikembangkan dari teori pengukuran berkaitan dengan kriteria keputusan dalam model keputusan yang mengandung resolusi konfliktual Kusuma, 2017. AHP dapat diintegrasikan dengan metode lain dan integrasi antar keduanya memungkinkan untuk memformulasikan hasil. Salah satu contoh integrasi dengan metode Fault Tree Analytic FTA untuk mendukung kebijakan desain, konstruksi, inspeksi, dan pemeliharaan pipa minyak dan gas dengan mengusulkan strategi seleksi yang optimal berdasarkan kemungkinan kegagalan dan konsekuensi kegagalan Dawotola, 2009. Melihat besarnya dampak akibat faktor kegagalan yang menyebabkan kebocoran dalam kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya suatu sistem yang dapat memudahkan dalam monitoring jaringan pipa dan menganalisis tingkat risiko tiap segmen. Hal ini diperlukan guna mengurangi insiden seperti kebocoran, tumpahan, dan ledakan yang sangat merugikan bagi perusahaan dan juga lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dalam penilain risiko dengan analisis spasial dalam teknologi sistem informasi georafis berbasis web. Sehingga setiap segmen pipa dapat diketahui tingkat risiko bahaya sesuai dengan letak geografis tiap segmen. Dengan adanya teknologi sistem informasi geografis akan sangat memudahkan dalam pemeliharaan dan monitoring jaringan pipa, selain itu dapat meningkatkan efektivitas operasional. METODE Metode yang dilakukan dalam penelitian dan kajian ini ditunjukkan pada diagram alir pada Gambar 3. Penelitian ini dilakukan dengan 1 Studi literatur; 2 Penentuan konsep analisis probabilitas dari metode Muhlbauer 3 Survei dan penentuan jaringan pipa serta pengumpulan data terkait seperti data desain pipa, data geografis jalur pipa, data kepadatan penduduk, data jumlah penduduk, data aktivitas penduduk, data aktivitas lalu lintas, dan data temperatur 4 Pembuatan pemetaan risiko dilakukan dengan menentukan contoh jaringan segmen pipa 5 Melakukan tabulasi data dan analisis risk rating model pembagian tingkat risiko 6 melakukan analisis spasial dengan menggunakan data yang telah terkumpul 7 data disajikan dengan SIG Sistem Informasi Geografis berbasis web dengan menggunakan dasbor operasional untuk monitoring jaringan pipa dan analisis risiko pada setiap segmen pipa. Gambar 3. Diagram Alir Metode Penelitian. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 301 Lokasi penelitian berada pada pesisir kota Samarinda, Kalimantan Timur dengan sampel data dummy untuk bagian jaringan pipa seperti pada Gambar 4. Selain itu, alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu software ArcGIS Pro & ArcGIS Dashboard. Dalam penelitian ini, penilaian risiko dilakukan dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Muhlbauer, yaitu model peringkat risiko. Model peringkat risiko adalah model yang dibangun dengan menerapkan analisis spasial; dan model akan ditampilkan di dalam perangkat lunak sistem informasi geografis SIG Kwestarz, 2017. Ada dua faktor kegagalan dalam model peringkat risiko, yaitu probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Gambar 4. Lokasi penelitian terletak di Samarinda, Kalimantan Timur. Identifikasi Risiko Kegagalan Identifikasi risiko kegagalan pada penelitian ini, dilakukan pada jaringan pipa minyak dan gas yang berpotensi terjadi kebocoran. Metode identifikasi yang dilakukan dengan menggunakan sistem scoring dari metode Muhlbauer antara lain Syuryana et al., 2016, yaitu 1. Penilaian risiko yang digunakan dengan model indeks pemberian skor sesuai dengan metode Muhlbauer. Pada formula tersebut terdapat empat Indeks Probabilitas Kegagalan Probability of Failure yaitu third party damage index, corrosion index, design index dan incorrect operations index, serta Konsekuensi Kegagalan Consequences of Failureberdasarkan penerapan perusahan yaitu safety, healthy, environmental, dan Pemberian skor indeks probabilitas dan faktor konsekuensi. Masing-masing indeks dari empat indeks diberikan skor sesuai kondisi dan data yang didapat. Pemberian skor sesuai ketentuan dan petunjuk pada buku pipeline risk assessment. 3. Penjumlahan skor indeks probabilitas PoF. Probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan memiliki masing masing faktor sebagai berikut. Probabilitas kegagalan. 1. Faktor Kerusakan oleh Pihak Ketiga Third Party Damage Index2. Faktor Kerusakan oleh Korosi Corrosion Index3. Faktor oleh Desain Design Index4. Faktor oleh Kesalahan Operasional Incorrect Operational IndexKonsekuensi kegagalan. 1. Faktor Keselamatan Safety Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan302 2. Faktor Kesehatan Healthy3. Faktor Lingkungan Enviroment4. Faktor Aset AssetFaktor yang digunakan dalam peneilitian ini merupakan faktor dari probabilitas kegagalan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Probabilitas Kegagalan. Faktor Kerusakan oleh Pihak Ketiga Data aktivitas lalu lintas Faktor Kerusakan oleh Korosi Analisis Spasial Metode yang digunakan untuk melakukan tahap selanjutnya yaitu analisis spasial dari data yang telah diperoleh. Analisis spasial yang digunakan dalam melakukan penelitian ini di antaranya clip, buffer, creating point along a line, summarize within, dan classification. Analisis spasial memudahkan dalam proses pengerjaan untuk dapat menghasilkan peta interaktif berbasis web yang dikemas dalam dasbor operational. Dasbor operasional tersebut dapat menampilkan hasil pemetaan dan mengidentifikasi tingkat risiko dari setiap segmen pipa. Analisis Penilaian Risiko Metode yang digunakan untuk menganalisis risiko berdasarkan data yang diperoleh dan menjadikan tingkatan berdasarkan kelas risiko yaitu metode risk rating model dari Muhlbauer. Model ini banyak digunakan di berbagai sistem perpipaan di perusahaan minyak dan gas di dunia yang menggunakan teori pipeline risk management. Tingkat penilaian risiko ditunjukkan pada Tabel 2. Penilaian risiko adalah proses kuantifikasi untuk menentukan risiko apa yang mungkin terjadi dalam suatu sistem. Dalam mendapatkan konsep kualitas dan manajemen yang baik dari suatu proses, melibatkan faktor-faktor yang harus dikuantifikasi. Penilaian risiko dilakukan pada radius 5 km antar-segmen. Penilaian risiko dilakukan dengan pengolahan data faktor probabilitas sehingga dapat diketahui nilai probabilitas. Setelah diketahui nilai probabilitas dari setiap segmen, maka dilakukan penilaian tingkat risiko dengan metode risk rating model Muhlbauer, 2004. Range tingkat risiko pada tabel risk rating model diadopsi dari penelitian yang berjudul “Risk Assessment of Onshore Pipelines in Gresik Area”.Pengkelasan pada range tingkat risiko memiliki tingkat risiko yang berbeda. Range tingkat risiko digunakan untuk melakukan kalkulasi nilai dari setiap indeks. Hasil dari kalkulasi penilaian risiko ditentukan dari besaran nilai setiap indeks pada tiap segmen pipa Rosyid et al., 2017. Tabel 2. Risk Rating Model Muhlbauer, 2004. Penentuan Langkah Mitigasi & Pemeliharaan Penentuan langkah mitigasi risiko kebocoran dilakukan setelah proses analisis spasial dengan menggunakan metode risk rating model dan metode sistem informasi geografis selesai dilakukan. Berdasarkan tingkat risiko yang dihasilkan dapat mempermudah proses pengambilan keputusan lanjutan untuk sistem mitigasi sebagai tujuan untuk pencegahan kegagalan atau kebocoran dan Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 303 menunjang kelancaran operasi minyak dan gas bumi. Selain itu langkah mitigasi bertujuan agar dapat mengetahui sebaran risiko dari setiap segmen dan dapat segera melakukan mitigasi dan pemeliharaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Risiko Kegagalan Probabilitas kegagalan Probability of Failure, PoF atau faktor potensi bahaya pada jalur pipa minyak dan gas dikelompokkkan berdasarkan beberapa bahaya besar yang berada pada sekitar jaringan pipa. Penentuan probabilitas kegagalan pipa dianalisis berdasarkan parameter kerusakan pipa dengan mempertimbangkan bobot masing-masing bahaya yang terjadi dengan sistem scoringyang digunakan berdasarkan metode Mulhbauer. Adapun faktor probabilitas kegagalan yang ditunjukkan pada Gambar 5 dijelaskan sebagai berikut. 1. Faktor Kerusakan oleh Pihak Ketiga Third Party Damage IndexKerusakan oleh pihak ketiga merupakan faktor kemungkinan risiko yang berasal dari segala aktivitas eksternal pihak luar operasional perusahaan yang berpotensi menimbulkan bahaya pada sistem perpipaan. Pada bagian ini data yang digunakan yaitu, data kepadatan penduduk, data jumlah penduduk, data aktivitas penduduk, dan data aktivitas lalu lintas. 2. Faktor Kerusakan oleh Korosi Corrosion IndexKerusakan oleh korosi didefinisikan sebagai kerusakan dari material yang biasanya berupa material logam melakui reaksi dengan lingkungan atau alam. Pada bagian ini data yang digunakan yaitu data temperatur. Dalam probabilitas kegagalan terdapat 5 data untuk melakukan analisis risiko, dikarenakan tiap data memiliki bobot yang sama maka rasio persentase tiap data memiliki nilai 20%. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari kedua faktor di atas, diketahui bahwa probabilitas kegagalan pada jaringan pipa minyak terdapat 7 segmen dan pada jaringan pipa gas terdapat 4 segmen. Hasil penilaian tersebut menunjukkan tingkat risiko pada faktor kerusakan oleh pihak ketiga dapat digolongkan berisiko sangat tinggi. Gambar 5. Hasil persentase data pada faktor kegagalan probabilitas. Hasil Analisis Spasial Hasil analisis spasial dengan beberapa data dari probabilitas kegagalan di antaranya data jumlah penduduk, kepadatan penduduk, aktivitas penduduk, aktivitas penduduk, dan data temperatur. Setelah pengolahan pada semua data, dilakukan klasifikasi risiko pada setiap segmen sesuai dengan nilai tingkat risiko. Visualiasi hasil analisis spasial berdasarkan tingkat risiko pipa ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil Analisis Penilaian Risiko Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kategori risiko dari setiap segmen pipa yang ditunjukkan pada Tabel 4. Persentase risiko jaringan pipa ditampilkan pada Gambar 6. Teori penentuan bobot dimana semakin tinggi nilai yang didapatkan maka semakin berisiko tinggi adanya gangguan oleh pihak ketiga dan korosi terhadap sistem perpipaan. Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan304 Tabel 3. Visualisasi Spasial Tingkat Risiko Pipa. Tabel 4. Penilaian Risiko. Penilaian Risiko Jaringan Pipa Minyak Penilaian Risiko Jaringan Pipa Gas Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 305 Gambar 6. Hasil persentase risiko jaringan pipa. Hasil Dasbor Operasional Pipeline Monitoring System Dasbor operasional yang dirancang dengan analisis spasial dan analisis risk rating modelditunjukkan pada Gambar 7. Dasbor dapat digunakan untuk monitoring jaringan pipa dengan tingkat risiko pada setiap segmentasi pipa, baik pipa minyak maupun pipa gas. Dasbor operasional ini juga memiliki beberapa panel seperti peta interaktif, panel penilaian risiko, daftar tiap segmen beserta informasi actual, dan diagram persentase risiko sesuai dengan kategori tingkat risiko bahaya pipa. Gambar 7. Dasbor operasional sistem monitoring jaringan pipa. Rekomendasi Mitigasi Risiko & Pemeliharaan Mitigasi risiko merupakan tindakan untuk menghilangkan potensi bahaya atau mengurangi probabilitas kegagalan pada pipa. Pengendalian risiko dapat dilakukan secara keteknikan/rekayasa serta manajemen. Rekomendasi mitigasi risiko untuk mengurangi potensi risiko berkaitan dengan faktor kemungkinan kegagalan di antaranya sebagai berikut 1. Kerusakan oleh Pihak Ketiga Salah satu pengendalian risiko pada pipa terkait kerusakan atau high risk level dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar jalur pipa, Hal ini dapat menjadi usulan untuk Corporate Social Responsibility CSR pada perusahan terkait. Jika terdapat instalasi pipa berkelanjutkan, direkomendasikan untuk menghindari wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi dan jaringan jalan padat lalu lintas. 2. Kerusakan oleh Korosi Mitigasi untuk kerusakan oleh korosi terbagi menjadi dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor korosi internal dapat dilakukan dengan metode intelligent pigging secara Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan306 berkala. Intelligent pigging merupakan teknik inspeksi yang digunakan untuk mendeteksi korosi internal dan memonitor kondisi bagian dalam pipeline. Sedangkan faktor korosi eksternal dapat dilakukan dengan metode pelapisan pipa atau coating. Coating merupakan lapisan penutup yang digunakan untuk melindungi pipa dari kontak langsung dengan lingkungan. 3. Dasbor operasional untuk monitoring jaringan pipa dapat digunakan dalam mengetahui lokasi segmen pipa yang memiliki tingkat risiko tinggi. Sehingga untuk pemeliharaan atau inspeksi akan dapat memudahkan operator dalam mengetahui lokasi segmen pipa. KESIMPULAN Penelitian ini menggunakan metode mulhbauer untuk melakukan penilaian risiko jaringan pipa berdasarkan faktor probabilitas kegagalan dan analisis spasial untuk melakukan analisis risiko berdasarkan lokasi dari tiap segmen pada jaringan pipa migas. Hasil dari penelitian ini merupakan kombinasi antara analisis penilaian risiko, analisis spasial dan sistem informasi geografis yang berfungsi untuk mengetahui sebaran potensi risiko tiap segmen pada pipa migas. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan model peringkat risiko dan analisis spasial didapatkan potensi risiko bahaya tertinggi pada jaringan pipa minyak dan gas. Tingkat risiko tertinggi pada jaringan pipa minyak terdapat 4 segmen pipa minyak dan 7 segmen pipa gas. Hasil tersebut berasal dari tingginya nilai yang didapat dari scoringyang menunjukkan adanya risiko kegagalan pada segmen jaringan pipa dari gangguan pihak ketiga dan korosi. Segmen pipa yang berisiko untuk mengalami kegagalan yang menyebabkan kebocoran atau kerugian massal yaitu pada segmen pipa gas dan minyak yang terletak pada wilayah padat penduduk dan dekat jalan raya yang padat aktivitas lalu lintas. Dasbor operasional dengan analisis spasial dapat memberikan visualisasi data skala risiko pada setiap segmen pipa dengan beberapa manfaat lain, seperti informasi pada dasbor dapat membantu pemangku kebijakan untuk bertindak lebih cepat ketika melakukan proses mitigasi dan dapat digunakan sebagai media untuk monitoring pemeliharaan pipa secara berkala sehingga dapat meminimalisir risiko kebocoran pipa. Rekomendasi studi untuk mengembangkan penelitian ini yaitu dengan menambahkan perangkat detektor potensi risiko. Detektor potensi risiko dipasang pada setiap segmen pipa yang dapat berfungsi memberikan notifikasi jika terjadi potensi risiko tinggi terjadinya kebocoran pada pipa migas. Perangkat tersebut ditambahkan dengan beberapa data sehingga dapat lebih akurat dalam melakukan penilaian risiko dan memberikan notifikasi yang terhubung dalam dasbor monitoring jaringan pipa migas. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, motivasi, nasehat dan doa bagi penulis. Terima kasih juga disampaikan kepada ESRI Indonesia atad masukan yang sangat berarti dan rekan-rekan Teknik Geomatika Universitas Gadjah Mada yang telah mendukung dan memberikan saran dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Dawotola, Van Gelder, & Vrijling, 2009. Risk Assessment of Petroleum Pipelines using a Combined Analytical Hierarcy Process-Fault Tree Analysis AHP-FTA. Proceedings of the 7th International Probabilistic Workshop. Delft. Kementerian Pertambangan dan Energi. 1997. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor tentang Keselamatan Kerja Pipa Transmisi Minyak dan Gas Bumi. Kementerian Pertambangan dan Energi. Jakarta. Kementerian ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0025K/11/MEM/2010 tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Nasional Tahun 2010-2025 Indonesia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Jakarta. Kwestarz, M. 2017. The application of W. Kent Muhlbauer’s model for the risk assessment of District Heating Networks. International Journal of Mechanical and Civil Engineering, 143, 65-73. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 307 Kusuma, D. 2017. Manajemen Risiko Pipa Migas Bawah Laut Dampak Jalur Pelayaran Kapal Peti Kemas Patimban Menggunakan Metode Muhlbauer dan Analytic Hierachy Process AHP di Lapangan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 130 hlm. Martaningtyas, M., & Ariesyady, 2018. Identifikasi bahaya dan analisis risiko pada jaringan pipa transmisi crude oil di PT. X. Jurnal Teknik Lingkungan, 242, 12 - 22. Muhlbauer, 2004. Pipeline Risk Management Manual. Gulf Professional Publishing. Texas. Prabowo, Husodo, & Arumsari, N. 2018. Penilaian Risiko pada Onshore Pipeline Menggunakan Metode Risk Based Inspection RBI. Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application, 127-131. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Surabaya. Rosyid, Jamil, & Wahyudi. 2017. Risk assessment of onshore pipeline in Gresik Area. International Journal of Offshore and Coastal Engineering, 11,29-34. Syuryana, Widyanto, B., & Budiwantoro, B. 2016. Modifikasi metode muhlbauer untuk pemetaan risiko korosi semi-kuantitatif pada pipa penyalur Nasional Tahunan Teknik Mesin XV, 928-937. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Wibowo, F. 2015. Kajian Risiko Pipa Gas Transmisi PT. Pertamina Studi Kasus Simpang KM 32 Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 31, 726-733. Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan308 Halaman ini sengaja kami kosongkan ResearchGate has not been able to resolve any citations for this volume is concerned with management of risks involved with cross-country oil or natural gas pipelines. It covers the following topics risk assessment cost, management, and practice; pipeline activities and environmental factors that influence risk; leak management; and database management and data Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300Kementerian Pertambangan Dan EnergiKementerian Pertambangan dan Energi. 1997. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor tentang Keselamatan Kerja Pipa Transmisi Minyak dan Gas Bumi. Kementerian Pertambangan dan Energi. Risiko Pipa Migas Bawah Laut Dampak Jalur Pelayaran Kapal Peti Kemas Patimban Menggunakan Metode Muhlbauer dan Analytic Hierachy Process AHP di Lapangan ArjunaD KusumaKusuma, D. 2017. Manajemen Risiko Pipa Migas Bawah Laut Dampak Jalur Pelayaran Kapal Peti Kemas Patimban Menggunakan Metode Muhlbauer dan Analytic Hierachy Process AHP di Lapangan Risiko pada Onshore Pipeline Menggunakan Metode Risk Based Inspection RBIR L PrabowoA W HusodoN ArumsariPrabowo, Husodo, & Arumsari, N. 2018. Penilaian Risiko pada Onshore Pipeline Menggunakan Metode Risk Based Inspection RBI. Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application, 127-131. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. assessment of onshore pipeline in Gresik AreaD M RosyidM Y JamilWahyudiRosyid, Jamil, & Wahyudi. 2017. Risk assessment of onshore pipeline in Gresik Area. International Journal of Offshore and Coastal Engineering, 11, 29-34. metode muhlbauer untuk pemetaan risiko korosi semi-kuantitatif pada pipa penyalur gasE P SyuryanaB WidyantoB BudiwantoroSyuryana, Widyanto, B., & Budiwantoro, B. 2016. Modifikasi metode muhlbauer untuk pemetaan risiko korosi semi-kuantitatif pada pipa penyalur gas. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV, Risiko Pipa Gas Transmisi PT. Pertamina Studi Kasus Simpang KM 32 PalembangF WibowoWibowo, F. 2015. Kajian Risiko Pipa Gas Transmisi PT. Pertamina Studi Kasus Simpang KM 32 Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 31, 726-733.

perpipaan untuk industri bahan migas