Penuliskembali melengkapi data konsumsi dari Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2019 yang diterbitkan Ditjen PKH sebesar 5,579 kg/kapita/tahun (Tabel 1). Pemerintah (Ditjen PKH) terakhir menyebutkan 12,79 kg/kapita/tahun ( 6 Maret 2020). Menurut Dirjen PKH, berdasarkan hasil Survei Konsumsi Bahan Pokok (VKBP Makalahini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Industri Peternakan di program studi S-1 Peternakan. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Warsono Sarengat, M.S., selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Industri Peternakan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Pengembanganternak kelinci di kelompok ternak kelinci ini, setelah dilakukan pengabdian masyrakat oleh akademisi, prospeknya dapat dikatakan luar biasa. Dimana peternak diberikan pelatihan dengan membuat pakan permentasi, pakan kelinci berupa sayuran ditambahakan dengan dedak , molase, mikroba, dan garam dapur difermentasi. Sejak2004, ia memang sudah melayani pemesanan dari luar negeri namun dalam skala kecil. Adapun jenis spesies kelinci yang dikembangkan berasal dari bibit yang diimpor langsung dari sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat. Tidakhanya itu, Menteri di Malaysia itu juga bakal menghentikan pemberian subsidi kepada peternak di negeri jiran tersebut. Pengumuman itu datang tiga hari setelah Kiandee mengatakan tingkat produksi ayam Malaysia telah mencapai 106 persen, dan ada kapasitas untuk melanjutkan ekspor ayam ke luar negeri. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. Pemilihan lokasi ternak kelinci potong dan hias yang baik dan aman sebenarnya tidak terlalu sulit. Sebab, pada dasarnya, semua jenis kelinci sangat mudah beradaptasi di segala tempat. Hanya saja, penting di ingat baik-baik di sini bahwa pemilihan lokasi ternak sebaiknya yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut Peternakan kelinci 1. Dekat dengan sumber air. Sumber air ini bisa berarti sungai kecil atau aliran air yang bisa digunakan untuk mengaliri persawahan. 2. Jauh dari pemukiman warga. Sebab, dikhawatirkar, warga akan terganggu dengan bau busuk yang dihasilkan dan kotoran kelinci potong dan hias. Tetapi, jika Anda bisa mengatasi hal ini, maka lokasi ternak tidak perlu jauh dan pemukiman warga. 3. Terhindar dari predator atau binatang-binatang pemangsa. lnilah yang paling penting dan perlu dipikirkan matang-matang. Sebab, kedatangan predator itu bisa jadi akan membunuh banyak kelinci potong dan hias yang ada di dalam kandang. 4. Jauh dari polusi dan suara bising. Hal ini dimaksudkan agar kelinci potong dan hias merasa nyaman di dalam lokasi ternak. Untuk itu, pemilihan lokasi ternak di desa lebih baik ketimbang di kota. Sebab, di desa, tidak tenlalu banyak polusi dan suara bising. 5. Lokasi sebaiknya mudah terkena sinar matahari pagi hari. Karena sinar matahari pagi sangat penting untuk memelihara kesehatan kelinci potong dan hias, selain membunuh bakteri-bakteri yang menempel di dalam kandang. 6. Lokasi ternak sebaiknya memiliki suhu yang segar antara 16—21 °C, karena suhu yang segar sesuai dengan kebanyakan habitat kelinci potong dan hias. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID C7KmsxdOpyxnRwnEgg40sNf2Zoa9_oJLc4jR1Sr0xA1CDFm0wqYXug== Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Vietnam dan China terbukti sukses mengembangkan usaha ternak kelinci di negaranya Kelinci belum banyak dikembangkan di Indonesia meskipun jenis ternak ini berpotensi besar dalam peningkatan mutu gizi masyarakat. Sementara pemerintah juga masih kurang serius menggarap usaha ternak ini. Padahal usaha ternak kelinci bisa membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan bahkan bisa jadi solusi mengatasi pengangguran. Lihat saja Vietnam dan China. Kedua negara tersebut cukup sukses mengembangkan kelinci. Untuk itu, demi pengembangan usaha si kuping panjang ini di tanah air, tak ada salahnya berguru kepada mereka. Berikut ulasannya. Ternak Rakyat di Vietnam Di Nho Quan pedesaan di Provinsi Ninh Binh, Vietnam sebelum tahun 2000an, petani setempat memelihara kelinci sebagai usaha sampingan, penghasil gizi keluarga atau sekadar peliharaan kesenangan. Produktivitasnya di masa itu sangat rendah karena pemeliharaan dilakukan dengan cara dilepas bebas di pekarangan rumah. Lalu pada suatu musim di tahun 2003, ribuan kelinci di kawasan pegunungan Nho Quan itu tertimpa penyakit kaki dan mulut. Beruntung pemerintah tanggap. Penyakit tersebut diteliti lalu dikumpulkan sebagai studi persoalan penyakit hewan oleh pemerintah setempat. Selanjutnya penanganan kasus ini juga melibatkan pihak penyuluh serta didukung oleh pemerintah provinsi yang justru bersikap bijaksana mendorong budidaya kelinci secara modern, bukan malah secara naif menghabisi kelinci karena alasan penyakit. Bahkan, pemerintah menurunkan tim khusus untuk program modernisasi peternakan. Para dokter hewan, petani, ibu rumah tangga, petugas departemen kesehatan, menyatu dalam program terencana pemerintahan lokal. Dalam hal ini, pelatihan, pemberdayaan dan penyadaran kesehatan ternak secara modern digalakkan. Kredit Lunak untuk Peternak Keseriusan pemerintah ini terbukti berhasil. Empat tahun kemudian 2007, usaha peternakan kelinci di sana kembali menggeliat. Angka pertumbuhan usaha ini mencapai 25,6 %. Jika sebelum 2003, setiap dusun hanya lima kepala keluarga yang memiliki kelinci, pada 2007, peternak jumlah kelinci melonjak mencapai 18 hingga 20 kepala keluarga pada setiap dusun. Dari sini mengalirlah kredit lunak untuk peternak. Mereka ditawari kesanggupan membayar secara realistis, tanpa perlu membuat proposal. Pemerintahlah yang melakukan riset lapangan secara langsung setiapkali ada pengajuan modal. Untuk itu, pemerintah membentuk asosiasi peternak kelinci yang memberikan keleluasaan kepada peternak. Pemerintah bertindak sebagai pencatat dan pengawas. Selain itu, pemerintah juga mendatangkan teknologi peternakan yang menunjang usaha peternakan kelinci misalnya dalam pembuatan pakan dan pengolahan pascapanen. Tetapi sebelumnya mereka mengundang peneliti untuk melakukan riset obyektif. Hasil penelitian tersebut merekomendasikan beberapa hal. Diantaranya, peternakan kelinci sulit berkembang jika pasar tidak terbuka, masyarakat sering kesulitan membeli kelinci karena tidak semua orang tahu lokasi pemeliharaan kelinci. Selanjutnya petani akan cepat pintar jika kerap diadakan pelatihan serius, asosiasi atau koperasi peternak kelinci sangat penting untuk memberikan posisi tawar harga di pasaran, pengolahan pascapanen sangat menentukan perkembangan pasar kelinci dan ibu rumah tangga berpotensi menjadi pengelola ternak kelinci di rumah karena mereka 62% terbukti lebih sayang terhadap kelinci dibanding laki-laki 38%. China Spektakuler Sementara di China, kelinci sudah dikenal luas oleh masyarakat. Pada 1950, berbagai jenis kelinci dari luar negeri membanjiri Negeri Tirai Bambu tersebut. Gu Zilin, peneliti dari Insititut Pertanian Universitas Ia Bei, Boading China 2001 menuliskan hasil risetnya tentang peternakan kelinci di China. Dalam artikel “Review Rabbit Breeding In a15 China”, Zilin mengkaji pencapaian pengalaman pemeliharaan kelinci domestik di China. Hasilnya, peternakan kelinci memiliki implikasi ekonomis baik dari daging, bulu dan hasil lainnya di sana. Jenis Anggora untuk tujuan penghasil bulu paling banyak diminati peternak. Pemerintah selain memfasilitasi para pengimpor swasta juga terlibat memberikan bantuan belanja kelinci dari beberapa negara seperti Inggris, Jepang dan Hungaria. Kelinci Anggora yang didatangkan dari Jerman dan Perancis sangat diminati peternak karena kualitas bulunya yang baik. Sedangkan jenis kelinci pedaging, pemerintah China mendatangkan jenis kelinci besar dari Jepang, Selandia Baru, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Denmark dan lain-lain. Kelinci penghasil Fur jenis Rex dari Amerika Serikat juga banyak didatangkan semenjak tahun 1980an. Masuknya beragam kelinci impor tersebut membuat kelinci lokal China seperti jenis Taihang, Saibei, Fujiang, Anyang dan lain-lain berkembang lebih variatif karena perkawinan silang. Upaya pemerintah mengimpor kelinci ini membuat peternakan kelinci untuk penghasil bulu lebih cenderung pesat dibanding kelinci sebagai penghasil pedaging. Pesatnya perkembangan ternak kelinci juga didukung fakta bahwa masyarakat setempat sangat menggandrungi kelinci. Kemudian pada 1980 kerjasama ekonomi dan teknologi di bidang peternakan kelinci dengan pemerintah Jerman, Perancis dan Amerika Serikat dilaksanakan di Jiangsu, Shandong, China. Kerjasama ini memperkenalkan model peternakan baru dan teknologi canggih untuk mengelola kelinci beserta hasil-hasilnya. Pada 1988, China menjadi tuan rumah konferensi kelinci tingkat dunia yang ke empat Fourth World Rabbit Science Conference for Rabbit Sains. Lihat Money Selengkapnya Kelinci adalah hewan lucu yang banyak dipelihara dan dibudidaya. Namun, hanya ada beberapa jenis kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia, di antaranya New Zealand White, Netheland Dwarf, Angora, Rex, Satin, hingga Flemish Giant. Kelinci budidaya juga terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelinci pedaging dan hias. Kelinci pedaging untuk kelinci yang bisa tumbuh besar dan berkembang biak dengan cepat, kelinci hias untuk kelinci dengan warna dan bulu yang indah. Kategori Kelinci Budidaya Memang, sejauh ini tidak ada pembeda yang jelas antara kelinci yang dipelihara untuk diambil dagingnya dengan kelinci hias. Semua jenisnya bisa tampak lucu dan imut. Namun, para peternak biasanya membedakan dari banyaknya daging, produktivitas perkembangbiakan, dan jenis bulunya. Kelinci pedaging Para peternak umumnya memelihara jenis kelinci pedaging dengan memilih jenis yang bisa tumbuh besar, cepat gemuk, dan mudah berkembang biak. Warna dan penampilan bulu tidak terlalu dipentingkan. Yang pasti, kelinci harus tambun dan sehat. Harga anakan kelinci pedaging juga tidak terlalu mahal. Di Pasar Hewan Pasty, Yogyakarta, contohnya, sepasang anakan kelinci pedaging berkisar Rp hingga Rp Pakannya juga relatif murah. Kelinci hias Ada juga peternak yang sengaja membudidayakan kelinci dengan penampilan menawan. Kelinci ini untuk hewan peliharaan atau kelinci hias. Peternak akan memilih kelinci yang memiliki bulu indah, tebal, dan berpostur tubuh yang ideal. Bahkan, indukan kelinci hias banyak yang didatangkan dari luar negeri. Tentu saja, harga dan perawatan yang dibutuhkan untuk kelinci hias lebih mahal. Sepasang anakan kelinci hias bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Belum lagi pakan dan vitamin yang diperlukan untuk merawat pertumbuhan bulunya. Sebenarnya, bulu tebal pada kelinci hias bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku wol, tapi ini masih jarang di Indonesia. Jenis-jenis kelinci budidaya Tak ada salahnya kita mengenal jenis-jenis kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia. Siapa tahu setelah pandemi Covid-19 ini berlalu, kita bisa menekuni kegiatan memelihara kelinci untuk tambahan ekonomi keluarga. 1. New Zealand White Nama kelinci ini tak mencerminkan asalnya. Sebab, kelinci ini justru berasal dari Amerika Serikat AS hasil persilangan dengan jenis flemish giant. Bobot new zealand white bisa mencapai 5,5 kilogram. Umur kelinci ini pun bisa cukup panjang, yakni 10 tahun. Saat beranak, kelinci ini rata-rata menghasilkan 10–12 ekor anakan. Ras ini biasanya dipilih menjadi indukan untuk memulai ternak kelinci dan cocok untuk dimanfaatkan dagingnya. Ini jenis kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia dan cukup banyak ditemui. 2. Flemish Giant Kelinci ini cocok dipelihara untuk diambil dagingnya. Bobot kelinci flemish giant bisa mencapai 10 kilogram. Ciri-cirinya, bertubuh panjang dan bertelinga lebar. Warna bulu yang sering dijumpai adalah abu-abu gelap, cokelat, dan hitam kecokelatan. Ras murni kelinci jenis ini sulit ditemukan sehingga para peternak biasanya memelihara hasil silangan. 3. Netherland Dwarf Kelinci hias ini konon dibawa orang Belanda pada masa kolonial. Pada masa itu, kelinci ini dipelihara di perkebunan-perkebunan sebagai hewan peliharaan. Seperti namanya, kelinci ini tubuhnya mungil dan pertumbuhannya lambat. Kelinci kecil ini dianggap kurang sesuai untuk bisnis ternak kelinci, tetapi keberadaannya kadung menyebar di banyak tempat di Indonesia. Baca juga Nilai Positif Memelihara Hewan Sehat Secara Emosional Berkat Hewan Peliharaan 4. Rex Kelinci jenis rex diyakini berasal dari AS. Pada era 1980-an, warga AS banyak yang mulai memelihara kelinci ini sebagai hewan peliharaan. Namun, rex memiliki banyak daging sehingga sejumlah peternak juga mengembangbiakkannya sebagai pedaging. Peternakan kelinci yang bobotnya rata-rata 4 kilogram ini biasanya berada di daerah yang sejuk atau bersuhu 15 derajat celsius. Namun, rex juga memiliki bulu yang halus dan tak mudah rontok sehingga ada peternak yang juga memanfaatkan kulitnya. 5. Angora Kelinci angora merupakan kelinci yang biasa dibudidaya di Indonesia. Angora memiliki kekhasan bulu yang halus dan tebal. Penampilannya juga sangat lucu sehingga banyak yang menjadikan kelinci ini sebagai hewan peliharaan. Namun, dengan bulunya yang tebal tadi, membuat beberapa peternak di luar negeri juga memanfaatkannya sebagai bahan baku wol. Angora juga bisa tumbuh besar dengan bobot sekitar 6 kilogram. Beberapa jenis Angora yang populer sebagai kelinci hias, semisal angora jerman, angora perancis, dan peranakan giant flemish. Angora tidak menyukai lingkungan yang lembab. 6. Satin Kelinci satin juga berasal dari AS. Berat kelinci ini setelah berumur lebih dari 8 bulan bisa mencapai 5 kilogram. Saat beranak, kelinci ini bisa menghasilkan 7–10 ekor anakan. Ciri satin adalah tubuh yang panjang dengan kepala lebar dan leher pendek. Selain itu, posturnya tampak kokoh ditambah kuku yang kuat. Satin juga memiliki beragam warna bulu; ada yang hitam, putih, cokelat, dan californian tubuh putih tapi telinga, hidung, ekor, dan ujung kaki berwarna hitam. NGAMPRAH, - Berawal dari sebatas hobi, Yoga Tri Herlambang 40 berhasil menjadi peternak milenial sukses asal Desa Pagarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat KBB. Kesenangan memelihara kelinci berhasil membawanya jadi eksportir ke beberapa negara mulai dari Filipina, Malaysia, Pakistan, hingga Arab Saudi. Kegiatan ekspor kelinci yang dilakukan Yoga telah mencapai angka Rp700 juta hingga Rp1 miliar. "Tergantung jumlah pemesanan, kalau kita biasanya kirim dari 100 ekor sampai 200 ekor kelinci bisa tembus di angka Rp 700 juta sampai ke Rp 1 miliar lebih," kata Yoga kepada Selasa 31 Agustus 2021. Baca Juga Cerita Warga Lembang Dibanjiri Kotoran Sapi Usai Hujan Kesuksesan yang diraih Yoga tak hadir tiba-tiba. Sejak 2002 ia mulai budidaya kelinci dan sering mengikuti beberapa even. Meski masih jarang pembudidaya, Yoga tetap melakoninya dengan alasan hobi terhadap binatang lucu itu. Sejak 2004, ia memang sudah melayani pemesanan dari luar negeri namun dalam skala kecil. Adapun jenis spesies kelinci yang dikembangkan berasal dari bibit yang diimpor langsung dari sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat. Jenis kelinci yang dibudidayakannya, yakni New Zealand White, Netherland Dwarf, Californian, Checkerd Giant, German Giant dan Transylvanian Giant. "Basic-nya hobi dari tahun 2002, sampai puncaknya di tahun 2017. Sempat vakum beberapa bulan saya terjun lagi karena permintaan pasar makin besar," tambahnya. Di massa pandemi Covid-19, saat beberapa sektor peternakan terpuruk, justru ternak kelinci yang dikelola Yoga meningkat drastis karena mendapat permintaan dari negara Filipina dengan jumlah 100-200 ekor per bulan. Baca Juga Diduga Alami Sindrom Langka, Warga Bandung Barat Ini Tak Tidur 7 Tahun Menurut Yoga, kelinci yang dikirim ke Filipina mayoritas untuk dikonsumsi. Pasalnya, sejak pandemi Covid-19 negara berjuluk Lumbung Padi itu mulai beralih orientasi dari ayam dan babi ke kelinci. "Semenjak pandemi mereka mengkonversi banyak peternakan babi dan ayam ke kelinci mungkin mereka ingin menjadikan kelinci menjadi pangan utama nantinya. Ditambah ada informasi, bahwa virus corona tidak menginfeksi kelinci," terangnya. Saat ini, Filipina merupakan pemesan utama dengan jumlah paling besar. Pasar ke negara ini berawal dari upaya pemasaran sejumlah peternak melalui media sosial Facebook. Yoga cukup bertahan dan dipercaya ekspor ke negara itu lantaran menjamin kualitas kesehatan ternak, selain itu ia juga punya modal fasih berbahasa. "Saya termasuk orang yang paling belakang main di ekspor ke Filipina. Itu pun tidak lewat Facebook tapi lewat Instagram. Alhamdulillah karena ternak kita dipercaya tidak ada komplain, saya juga dikenal breeder lama lewat Instagram, jadi sampai sekarang jalan terus," paparnya.

peternakan kelinci di luar negeri